#challenge 2.3 [Tertatih]

Memang sesuatu yang tanpa persiapan itu bikin ruwet. Dan lagi-lagi yang jadi korban adalah anak!

Yah, pagi tadi suami mengajak saya berkunjung ke rumah dosennya. Karena sudah janjian, maka kami tidak mengulur waktu. Tanpa persiapan yang matang, saya bawakan Labibah sarapan dari rumah ala kadarnya. Nasi, lauk dan sayur. Bayangan saya nanti berkunjungnya tidak lama-lama. Paling sejam. Tapi ternyata molor sampai 2 jam lebih, dan Labibah belum makan. 😩

Akhirnya setelah pembicaraan usai, kami mohon pamit pulang. Di perjalanan kami sempatkan mencari warung untuk sarapan. Karena sudah lama dan jam makannya lewat, saya minta maaf ke Labibah. Sambil saya buka tempat nasinya. Saya tidak tega, maka saya suapi dia. Ah, Dek... Ternyata dia begitu lahap. Laper banget ya, Nak? 😦

Setelah beberapa kali suapan, saya nyambi makan. Ketika saya makan, sendok milik Labibah yang saya pegang diambil olehnya. Dan apa yang terjadi? Dia mengambil sendiri nasi dari tempat makannya. Dia makan sendiri! Walau dengan caranya sambil penuh ceceran di meja makan. Tapi tak apa, bisa dibersihkan.

Dalam hati saya bersorak, yeeeay anakku hebat. Saya katakan kepada Labibah, "Adek hebat. Pinter". Seketika hal itu menghibur rasa bersalah saya karena hari ini belum berhasil menjalani tantangan.

Namun sorenya, ketika saya masuk dapur hendak mengambilkan makanan untuk Labibah, saya dapati dia sedang digendong Mbah Uti nya. Mbah Uti bilang, "Labibah sudah maem. Habis banyak. Tadi sambil liat anak-anak mainan di belakang".

Huuuft. Benar dalam hati saya kecewa. Kali ini gagal lagi. Tapi saya berusaha mengerti kenapa Mbah nya melakukan ini? Menyuapi Labibah di tengah perjalanannya belajar makan sendiri. Kasih sayang. Mungkin itu. Dan saya harus terima.

Walaupun begitu, saya harus memasang komitmen lagi. Membicarakan dengan keluarga tentang target yang ingin kami capai. Semoga akan lebih mudah.

#level2
#kuliahbunsayiip
#melatihkemandirian

Komentar

Postingan Populer